“TOTAL DEFENSE SYSTEM TOWARDS 100 YEARS OF INDONESIA 2045”
Jakarta (15/03/2023)- Fakultas Manajemen Pertahanan (FMP), Prodi Manajemen Pertahanan (Kelas Internasional) Universitas Pertahanan Republik Indonesia mengadakan Seminar Internasional secara online. Tema Seminar Internasional Prodi Manajemen Pertahanan kali ini adalah “Total Defense System Towards 100 Years of Indonesia 2045”.
Acara dibuka oleh MC dan kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Rektor Universitas Pertahanan RI yaitu Laksamana Madya Prof. Dr. Ir. Amarulla Octavian, M.Sc., DESD., ASEAN Eng. Selanjutnya, dilanjutkan dengan Global Overview dari Ketua Prodi Manajemen Pertahanan yaitu Kolonel Teknik Dr. Ir. Hikmat Zakky Almubaroq, S.Pd.,M.Si. Seminar Internasional ini terdapat 5 pemateri dengan pemateri pertama adalah Mr. Sam Roggeveen yang berasal dari Lowy Institutions, Australia yang membawakan materi berjudul “Strategic Developments in The Asia Pacific, and How They Effect Southeast Asia”. Pemateri kedua adalah Prof. Dr. Ir. Dadan Umar Daihani, DEA merupakan professional expert dari LEMHANAS Indonesia, membawakan materi berjudul “Indonesia’s National Resilience 2045; Opportunities and Challenges”. Pemateri ketiga adalah Timotius Febry Christian, Ph.D, beliau merupakan Dosen Universitas Ciputra Surabaya yang merupakan expert dalam Supply Chain Management di Indonesia, beliau membawakan materi berjudul “Defense Supply Chain Risk Management to Support TNI Operational Sustainability”. Pemateri keempat adalah Collin Koh Swee Lean, Ph.D yang berasal dari The S.Rajaratnam School of International Studies, Singapore, beliau membawakan materi berjudul “Indonesia’s Maritime Security Threats and Capabilities”. Pemateri kelima adalah Philippe Raggi, Ph.D yang merupakan Director of Asia Departement, The Geopolitical Academy of Paris, membawakan materi berjudul “Geopolitics Risk Management in Indonesia’s Total People’s Defense System”.
Pada Seminar Internasional kali ini, pemateri pertama membawakan materi tentang “Strategic Developments in The Asia Pacific, and How They Effect Southeast Asia” yang dimoderatori oleh Ibu Editha Praditya Duarte, S.Sos., MIS., MA. merupakan dosen UNHAN RI fakultas manajemen pertahanan. Pada paparannya pemateri menyampaikan tentang bagaimana hubungan antara kekuatan besar berubah dari waktu ke waktu, dimulai dengan Perang Dingin dan bagaimana Asia terpengaruh. Dia berkonsentrasi pada tiga masalah: Runtuhnya Uni Soviet, Bangkitnya China, dan Pengembangan serta kepemilikan senjata nuklir Korea Utara. Pembicara percaya bahwa berakhirnya perang dingin bukanlah kemenangan bagi AS di Asia, karena tiga dari empat negara komunis paling bersemangat di dunia saat ini berada di Asia. Setelah menganalisis ketiga isu tersebut, pembicara menyimpulkan bahwa AS mungkin tidak bersedia berkomitmen untuk membela total sekutunya di Asia Tenggara jika diperlukan. Kegagalan untuk memperbaiki struktur kekuatannya membebani persiapan yang memadai bagi negara-negara Asia Tenggara untuk mencegah hegemoni Tiongkok sepenuhnya atas negara-negara di Asia Tenggara. Selain itu, pembicara juga menyimpulkan bahwa Indonesia adalah negara dengan posisi terbaik untuk menjadi kekuatan penyeimbang melawan dominasi Tiongkok di Asia Tenggara. Beliau mengatakan kepada para peserta bahwa sebagian besar warga Australia mendukung AUKUS dan bahwa Indonesia perlu membangun visi strategis dan kapasitas negaranya agar dapat menjadi kekuatan dunia di masa depan.
Pemateri kedua membawakan materi tentang “Indonesia’s National Resilience 2045; Opportunities and Challenges” yang dimoderatori oleh Mayor Jenderal (Ret) Dr. Agung Risdhianto, M.D. yang merupakan dosen UNHAN RI fakultas manajemen pertahanan. Pemateri menyajikan paparannya dengan melandasi 4 pokok bahasan, antara lain risiko geopolitik, peningkatan ketahanan nasional, kondisi ketahanan nasional Indonesia saat ini, dan strategi alternatif yang paling tepat. Pemateri mengidentifikasi pilar visi Indonesia 2045. Beliau juga memberikan wawasan tentang bagaimana ketahanan nasional diperhitungkan. Ia menyimpulkan dengan mengidentifikasi ideologi, sosial budaya, dan ekonomi sebagai tiga aspek terpenting dari delapan gatras yang akan difokuskan untuk meningkatkan ketahanan bangsa dalam menghadapi tahun 2045.
Sesi ke-3 dipaparkan oleh Dr.Timotius Febry Christian., CSCA., CDS. dengan topik “Defense Supply Chain Risk Management to Support TNI Operational Sustainability”. Dimoderatori oleh Dr. Fauzia Gustarina Cempaka Timur dosen UNHAN RI fakultas manajemen pertahanan. Pada paparannya Dr. Timotius menjelaskan berbagai tantangan dan ancaman militer Indonesia serta paling utama beliau menjelaskan mengenai Supply Chain Risk Management (SCRM) sebagai pendukung pertahanan militer. Dr. Timotius juga memaparkan arsitektur manajemen resiko pasokan serta tahapannya, materi terakhir ialahh penerapan manajemen rantai pasokan dimana pemerintah sebagai fungsi kontrol, lalu sumber daya militer beserta tugasnya. Dr. Timotius mengatakan rantai pasokan pertahanan telah diguncang oleh kerentanan tak terduga, tantangan pasokan dan manajemen risiko rantai diperparah oleh globalisasi dan peningkatan kompleksitasyang luas dan potensi titik kegagalan yang lebih luas. Dr.Timotius juga menjelaskan mengenai beberapa langkah yang dapat diambil otoritas internasional untuk meningkatkan ketahanan rantai pasokannya dalam menghadapi gangguan dan ketidakpastian seperti, sumber daya manusia, operator dan sistem. Dilain sisi beliau juga mengatakan bahwa indonesia memiliki manajemen rantai pasokan yang rumit, itu dikarenakan indonesia merupakan negara besar di Asia. Indonesia mampu menghasilkan produk atau layanan dukungan rantai pasokan dalam waktu 10-20 tahun kedepan dan mempunyai standar internasional tidak kalah dengan negara lain.
Pada sesi ke-4 dipaparkan oleh Dr. Collin Koh Swee Lean (The S. Rajaratnam School of International Studies Singapura. Dimoderatori oleh Ibu Editha Praditya Duarte, S.Sos., MIS., MA, beliau merupakan dosen UNHAN RI fakultas manajemen pertahanan. Pada paparannya Dr.Collin membahas “Indonesia’s Maritime Security Threats and Capabilities”. Dr. Collin menjelaskan tentang bagaimana indonesia akan bergerak maju dalam membangun pertahanan dan keamanan maritim. Dikarenakan letak geografis, Indonesia memiliki beberapa ancaman atau tantangan teerutama dalam ancaman keamanan transnasional menyangkut ancaman narkoba. Asia dan Indonesia adalah salah satu negara yang mengalami banyak ancaman narkoba, apalagi selama pandemi 3 tahun terakhir ini. Dr.Collin menyebutkan masalah tantangan kedua ialah persaingan kekuatan yang besar dengan China, kekuatan ekstra regional laut china pada dasarnya masalah internasional oleh karena itu indonesia harus menemukan jati diri di tengah-tengah persaingan tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir banyak ancaman bagi indonesia, maka indonesia harus mengipasi tantangan dari negara lain. Misalnya kapal ikan vietnam, kapal penangkap ikan China yang dikawal oleh Vietnam, masalah ini memerlukan alat yang bebeda untuk memerangi masalah laut ini. Permasalahan maritim ini disorot secara khusus, diselesaikan dengan berbagai cara misalnya patroli dari angkatan laut serta militer lainnya. Dr. Collin juga menjelaskan bagaimana cara untuk menyeimbangkan atau menstabilkan wilayah maritim. Ia juga menjelaskan konflik china selatan. Menurut Collin Koh, ada dua skenario utama yang dapat memicu konflik di sana. Skenario pertama berkaitan dengan kontestasi kedaulatan dan hak-hak atas sumber daya seperti perikanan dan energi. Skenario kedua terkait dengan perang atas Taiwan yang dapat meluas ke Laut China Selatan. Collin Koh memperkirakan bahwa probabilitas konflik di Laut China Selatan dalam lima tahun ke depan berada pada tingkat rendah hingga sedang. Meskipun China telah membangun kehadirannya di wilayah tersebut selama 10 tahun terakhir, dia tidak melihat adanya perilaku yang agresif terhadap penggugat Laut China Selatan lainnya dan negara-negara seperti Indonesia di Asia Tenggara.
Dr.Collin juga membahas mengenai pengelolaan laut yang membutuhkan prioritas dalam pembangunan maritim. Indonesia adalah negara maritim terbesar di dunia, namun belum memetakan secara lengkap sumber daya seperti lahan perikanan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian dan kapasitas ilmuwan kelautan yang lebih berkualitas, serta infrastruktur dan kapal penelitian grafis dan survei yang memadai untuk memetakan seluruh tujuan pekerjaan. Prioritas pertama yang diperlukan adalah strategi, karena dengan strategi yang baik, sumber daya bisa dioptimalkan dengan baik. Negara harus memprioritaskan dalam hal pertahanan, pendanaan, dan pengadaan. Sebagai contoh, bahkan Singapura, yang merupakan negara kaya, harus memprioritaskan dalam hal pertahanan dan pengadaan.
Selanjutnya, untuk sesi terakhir yaitu Sesi Ke-5, di moderator oleh Drs. Teuku Rezasyah, M.A., Ph.D, moderator merupakan dosen UNHAN RI fakultas manajemen pertahanan. Pemateri adalah Philippe Raggi, Ph.D beliau merupakan Director of Asia Department, The Geopolitical Academy of Paris, France, menyampaikan materi dengan topik “Geopolitics Risk Management in Indonesia’s Total People’s Defense System”. Pada paparanya, beliau menjelaskan mengenai Peran Jenderal Soedirman & Jenderal Nasution, Risiko Geopolitik di Negara Indonesia, Wawasan Nusantara Indonesia, Ancaman dalam Maritim Indonesia termasuk persalahan di Laut Cina Selatan di Indonesia, Peran Penting dan mendasar TNI-AL di Indonesia dan SISHANKAMRATA.
Acara Seminar International kali ini diikuti oleh 250 orang via zoom, termasuk mahasiswa Pascasarjana Prodi Manajemen Pertahanan 24 orang, 47 dosen pendamping, Sesprodi, Staf Prodi dari FMP UNHAN RI. Dan masyarakat umum yang berasal dari seluruh Indonesia.