Jakarta. Fakultas Manajemen Pertahanan Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI) menggelar seminar strategis bertajuk “Strategi Menjaga Ketahanan Ekonomi Nasional: Menghadapi Tuntutan Kepatuhan Iklim (Climate Compliance) Internasional dan Target E-NDC 2030 di Sektor Pertambangan”. Kegiatan ini diadakan di Gedung Pascasarjana Unhan RI, Salemba, dan menghadirkan pakar dari berbagai sektor, akademik, industri, hingga tenaga ahli. Seminar Bersama FMP Unhan RI dengan Yayasan Bakau Manfaat Universal (BAKAUMU) dibuka oleh Dekan Fakultas Manajemen Pertahanan Unhan RI, Laksda TNI Dr. Sri Yanto, S.T., M.Si.(Han). (12/12)
Tujuan seminar ini adalah untuk memberikan pemahaman bersama mengenai tantangan, strategi, dan solusi dalam menjawab tuntutan kepatuhan iklim (climate compliance) internasional dan target E-NDC 2030 di sektor pertambangan. Seminar ini berperan dalam memfasilitasi dialog produktif yang membahas bagaimana kebijakan iklim nasional dapat diterjemahkan secara efektif menjadi aksi nyata di berbagai sektor, yang berperan penting dalam mewujudkan transisi Indonesia menuju ekonomi hijau, menjawab tuntutan kepatuhan iklim (climate compliance), dan memenuhi target E-NDC 2030.
Dekan FMP Unhan RI menyampaikan, dari perspektif pertahanan, perubahan iklim memiliki dampak signifikan terhadap keamanan nasional. Fenomena seperti bencana alam yang semakin sering terjadi dapat memengaruhi ketersediaan sumber daya strategis, memicu konflik sosial, dan melemahkan daya tahan infrastruktur kritis. Dalam konteks geopolitik, keberlanjutan ekonomi melalui kepatuhan iklim akan memperkuat posisi Indonesia di mata dunia, baik sebagai mitra dagang yang kredibel maupun sebagai pemimpin di forum internasional, serta menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan hidup.
Narasumber seminar ini yakni Dosen Program Studi Ketahanan Energi Unhan RI, Dr. Ir. Rudy Laksmono W., M.T., General Manager PT Indal Aluminium Industry Tbk., Eka Saputra Alim, B.Sc., Climate Compliance and Sustainable Economy Expert Ametis Institute, Dr. Rolan M. Dahlan, S.T., M.B.A., serta Direktur Hubungan Kelembagaan & Perizinan PT Vale Indonesia Tbk., Ir. Budiawansyah, S.T., M.KKK. Dr. Ir. Jupriyanto, S.T., S.H., M.T., CIQaR., IPU., ASEAN Eng., ACPE., Dosen Program Studi Industri Pertahanan Unhan RI, sebagai moderator yang mengawal jalannya acara.
Sesi paparan dan panel diskusi memberikan gambaran yang cukup jelas bagaimana pelaku usaha di sektor pertambangan menghadapi tantangan besar untuk mematuhi kebijakan iklim, baik di tingkat nasional maupun internasional. Ketidakpatuhan terhadap regulasi seperti Climate Specific Regulations, Environmental Regulations, dan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) dapat berakibat serius, termasuk penolakan ekspor, sanksi administrasi, hingga risiko pidana. Selain itu, ketidaktahuan atau kelalaian dalam memenuhi standar internasional ini juga berpotensi menjadi batu sandungan bagi kebijakan hilirisasi nasional yang sedang digencarkan untuk mendukung pembangunan ekonomi Indonesia.
Narasumber Dr. Ir. Rudy Laksmono W., M.T. membahas pentingnya kolaborasi multi-stakeholder dalam mendukung sektor pertahanan untuk mewujudkan komitmen E-NDC 2030. Dalam sektor pertahanan memiliki peran kunci dalam pengurangan emisi karbon melalui penerapan teknologi rendah karbon dalam proses produksi dan operasi pertahanan. Kolaborasi antara pemerintah, industri, dan lembaga penelitian sangat diperlukan untuk memastikan bahwa sektor pertahanan dapat bertransformasi menjadi sektor yang lebih hijau dan ramah lingkungan, yang pada gilirannya akan berkontribusi terhadap pencapaian target E-NDC 2030. Sehingga perlunya pengintegrasian teknologi terbaru seperti energi terbarukan dan kendaraan listrik dalam rangka mengurangi ketergantungan pada energi fosil di sektor pertahanan.
Narasumber Eka Saputra Alim, B.Sc., membahas peran penting generasi muda dalam mendukung target E-NDC 2030. Pemuda Indonesia harus menjadi agen perubahan dalam menghadapi tantangan iklim dimana generasi muda memiliki peran sentral dalam mendorong kebijakan yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan kemudian pentingnya kolaborasi antara generasi muda dengan sektor pemerintahan, industri, dan masyarakat sipil untuk mencapai target global terkait perubahan iklim.
Narasumber Dr. Rolan M. Dahlan, S.T., M.B.A., menyampaikan urgensi bagi pemangku kebijakan untuk segera merumuskan langkah-langkah strategis dalam mendukung komitmen Indonesia terhadap E-NDC 2030. Indonesia harus mempercepat implementasi kebijakan mitigasi perubahan iklim, dengan memanfaatkan teknologi ramah lingkungan dan memperbaiki sistem pelaporan emisi GRK. Penerapan teknologi rendah karbon di sektor pertambangan dan industri lainnya adalah langkah krusial untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Selain itu, transparansi dalam pelaporan emisi harus ditingkatkan untuk memastikan bahwa semua sektor berkontribusi sesuai dengan standar internasional.
Narasumber Ir. Budiawansyah, S.T., M.KKK. menyampaikan materi dengan topik “Tantangan dan Peluang Tranformasi Industri Pertambangan Menuju Net Zero Emission”. PT Vale Indonesia berkomitmen mendukung dekarbonisasi global melalui investasi lebih dari $9 miliar dalam produksi nikel berkelanjutan untuk energi terbarukan, bekerja sama dengan mitra global seperti Huayou, GEM, dan Ford. Dengan menggunakan teknologi High-Pressure Acid Leach (HPAL) dan energi terbarukan, termasuk tiga pembangkit listrik tenaga air di Sorowako, perusahaan mengurangi emisi CO₂ hingga 1 juta ton per tahun. Selain itu, PT Vale aktif dalam reklamasi lahan tambang, pengembangan talenta lokal, dan kontribusi sosial melalui fasilitas penelitian, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan konservasi lingkungan Indonesia.
Pembangunan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan sejalan dengan Program Prioritas Nomor 11 dalam Asta Cita, visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029. Upaya pencapaian Net Zero Emissions menjadi bagian integral dalam mewujudkan kesejahteraan generasi mendatang. Kebijakan domestik seperti pajak karbon, pelaporan keuangan berbasis lingkungan, serta inventarisasi emisi telah diimplementasikan. Di tingkat internasional, regulasi seperti CBAM dari Uni Eropa yang mulai berlaku penuh pada 2026, hingga mekanisme serupa dari Tiongkok dan Taiwan yang akan diintroduksi pada 2027 dan 2025, menjadi peluang sekaligus tantangan yang tidak bisa diabaikan bagi pelaku usaha. Industri pertambangan, khususnya, harus menyesuaikan strategi bisnis untuk memenuhi standar nasional maupun internasional seperti pelaporan keuangan berbasis karbon dan pajak karbon internasional. Dengan mematuhi standar-standar tersebut, entitas bisnis tidak hanya memastikan kelangsungan bisnis dan ekosistemnya, tetapi juga turut berkontribusi dalam menjaga stabilitas dan ketahanan ekonomi nasional.
Seminar berjalan lancar dan para peserta antusias manyimak jalannya seminar. Seminar dihadiri oleh Warek Unhan RI, Para Pejabat Eselon I dan II Unhan RI, Ketua Umum Yayasan Bakaumu Bapak Muhammad Nasir, Bendahara Umum Bakaumu Bapak Muhammad Kemal Pasha, Para Kaprodi Unhan RI, para Kaprodi Unhan RI, Para Dosen dan Mahasiswa Unhan RI serta Undangan lainnya.